Senin, 27 Desember 2010

9K133 Kornet (Sista Rudal Anti Tank)

   Terciptanya tehnologi sistem senjata peluru kendali (sista rudal) pada akhir dekade 1950-an menambah ragam sista anti tank lewat hadirnya sista rudal anti tank (selanjutnya disebut SRAT). Dengan jangkauan tembak yang cukup jauh dan kemampuan tembus lapis baja yang baik, sista ini bobotnya relatif ringan, praktis pemakaiannya serta dapat dioperasikan oleh sedikit personel. Sejak awal SRAT memang diproyeksikan sanggup menjebol berbagai sarana pelindung badan tank atau sarana militer lainnya. Baik berupa lapisan baja homogen (RHA) berketebalan ratusan milimeter, lapisan keramik komposit atau rangkaian blok pelindung berisi zat peledak yang akan bekerja jika dihantam hulu ledak proyektil SRA (Explosive Reactive Armour - ERA). Modelnya pun bervariasi. Mulai dari yang bertengger di atas kendaraan temput semacam jip atau panser, diusung helikopter atau pesawat tempur hingga dijinjijng oleh satu orang (Man Portable Anti Tank System - ManPATS).

Kornet dan tabung wadahnya  

Ditilik dari ragam cara pengoperasiannya ada tiga generasi SRAT. Generasi kesatu meganut falsafah peluncur MCLOS, generasi kedua SACLOS dan generasi terahir yang dioperasikan secara otomatis dengan mengandalkan paduan tehnologi sinar laser sebagai piranti pandu jelajah (laser giude sytem) dan piranti pencitraan sasaran berbasis tehnologi optik elektronik (optronic target imager). Pada dekade 1960-an semua SRAT menganut falsafah MCLOSdan keselamatan operatornya kurang terjamin, contohnya Blowpipe dan AT 3 Sagger. Begitu masuk era 1970-an SRAT telah menganut falsafah SACLOS yang lebih aman. Operator  tak perlu lagi harus memantau arahy terbang rudal dengan mata telanjang sambil dibayangi resiko kena tembak musuh. Namun ia cukup mengawasi lewat tempilan pada alat bidik optik elektrik yang ada di sistem peluncur SRAT. Kegiatan pemantauan dapat dilakukan secara lebih aman. Untuk memandu rudal, dipakai gelombang radio, kawat pandu jelajah atau bahkan berkas sinar laser. Contoh SRAT generasi kedua adalah TOW, MILAN dan Konkurs.
    Generasi terkini seperti Javelin dan Spike muncul pada paruh kedua dekade 1990-an. Biarpun terkesan canggih, namun mereka bukannya tanpa kelemahan. Konon SRAT penganut pola penembakan fire and forget (tembak dan lupakan) ini rentan terhadap cara pengecohan yang dilakukan oleh beberapa jenis alat penangkal yang bekerja secara optik (optical jamming). Biar begitu sejumlah negara tetap kepincut dengan SRAT model ini. Selain jangkauan jelajah dan kemampuan penetrasi lapisan pelindung badan tank yang lebih baik, kelompok ini dijamin pasti jitu menerjang sasarannya tanpa arah jelajah rudalnya harus dipantau secara kontinyu. Beberapa detik usai menembakkan rudal si operator dapat segera menyingkir untuk menghindari posisinya terendus musuh sambil mempersiapkan serangan baru.

Pengganti Konkurs dan Metis
    Sista MAnPATS kesatu yang dioperasikan AB Uni Soviet adalah 9K111 Fagot. Dijuluki oleh Pakta NATO sebagai AT-4 Spigot, SRAT ini dilansir Biro Perancang Instrumen KBP tak lama berselang setelah kemunculan MILAN (1972). Setelah sempat mengalami sejumlah modifikasi (dihasilkan 9K111M), knerja Fagot dinilai belum memuaskan dalam menghadang laju tank berat NATO. Pihak KBP lalu menyodorkan 9K113 Konkurs (AT-5 Spandrel, 1974). Pada jamannya, kinerja Konkurs terbilang jempolan. Setelah dilakukan sejumlah modifikasi, muncul Konkurs M. Salah satu fitur anyar pada Konkurs M adalah hulu ledak ganda (tendem warhead).
    Setelah sempat satu dekade jadi andalan AD Uni Soviet, pamor Konkurs mulai redup. Biang keladinya bukan akibat kinerja jeblok, tapi karena dianggap terlalu "sakti dan mahal" jika dipakai melabrak sasaran yang sarana pelindungnya tak sebaik tank kelas berat (soft skinned target). Misalnya panser atau tempat perlindungan yang dindingnya bukan berbahan beton. Kebutuhan untuk menghancurkan sasaran "sekunder" mendorong pihak KBP menciptakan 9k115 Metis pada penghujung dekade 1970-an.
Sebagai pelumat sasaran sekunder SRAT berjuluk AT-7 Saxhorn ini memiliki jurus andalan yakni hulu ledak berbasis termobarik. Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan tenaga hantam dan efek bakar yang sangat besar hasil perbedaan tekanan udara dan temperatur yang kelewat ektrim. Setiap sasaran yang diterjang hulu ledak termobarik dijamin bakal hancur dan terbakar. Selain itu pada Metis juga diperkenalkan sistem propulsi baru (motor roket pendorong berbahan bakar padat alias solid fuel booster rocket motor), sirip depan untuk kendali permukaan (surface control canard), sirip belakang sebagai stabilisator gerak jelajah (stabilisator fin) berikut alat bidik untuk operasi dimalam hari yang mengandalkan perbedaan diantara temperatur badan sasaran dengan temperatur lingkungan sekitarnya (termal imager sight).
Jangkauan jelajah ManPATS yang masih mengandalkan pancaran gelombang radio maupun bentang kawat pandu jelajah terbatas, belum lagi tank berat keluaran terkini jangkauan tembak meriamnya kian jauh, sarana perlindungan badan lebih baik dan dilengkapi piranti tangkal rudal. Untuk meladeni tantangan seperti ini, KBP lalu mendesain satu jenis SRAT yang dapat mengambil alih peran Konkurs dan Metis. Setelah melakukan bongkar pasang pihat KBP akhitnya memajang 9K133 Kornet (1994). Fitur yang dijagokan SRAT berjuluk AT-14 Spriggan ini adalah sistem pandu jelajah rudal yang memanfaatkan sorotan berkas sinar laser kepada sasaran (laser beam guided missile).

Varian Sistem Peluncur
     Dalam rangka meningkatkan keluwesan, mobilitas dan kepadatan tembak Kornet, pihak KBP tak lupa mendesain sejumlah varian turunan sistem peluncur 9P163-1. Kornet pun naik status dari ManPATS jadi SRAT gerak sendiri yang mobilitasnya tingi, sanggup meluncurkan beberapa serangan secara tiba-tiba dan sekaligus untuk kemudian mengubah posisi serangnya dalam tempo sesingkat mungkin (sehingga tak terdeteksi musuh).
    Ada tiga varian 9P163-1. Masing-masing adalah 9P163-2 Kvartet, 9P163-3 Kliver dan BM9P162. Komponen Kvartet berupa cincin gerak tempat kedudukan empat tabung peluncur rudal (four tube ring mount), alat bidik 1P45M-1, alat bidik termal 1PN79M-1, modul operasi elektronik dan kursi operator. Setiap unit Kvartet dibekali lima pucuk rudal cadangan untuk isi ulang. Keunggulan Kvartet terletak pada kemampuannya menembakkan empat rudal sekaligus tanpa perlu terlebih dulu mengisi ulang seluruh tabung peluncurnya (derajat kepadatan tembak meningkat). Juga mampu menembakkan sepasang rudal secara bersamaan tertuju pada satu sasaran tapi dengan arah datang yang berbeda. Modul sista seberat 0,48 ton ini bekerja secara elekto-mekanik. Sudut horisontal putaran cincinnya 360 derajat dan rentang sudut elevasinya minus 10 derajat hingga 15 derajat.
    Sistem peluncur Kliver merupakan hasil perpaduan Kvartet dengan sepucuk kanon otomatis 2A72 kaliber 30 milimeter yang jangkauan tembaknya 4.000 meter dan kepadatan tembakannya 350-400 peluru per menit. Setiap unit modul tempur seberat 1,5 ton ini dibekali selusin rudal dan 500 butir amunisi canon. Komponen sistem kendali operasinya meliputi komputer balistik, alat bantu lihat malam, alat penentu jarak lokasi sasaran yang berbasis tehnologi sinar laser (laser range finder) plus stabilisator arah tembakan canon. Pada Kliver jajaran tabung peluncur rudalnya dapat dibuat mendongak hingga membentuk sudut 60 derajat. Dan sistem peluncur terakhir, BM9P162 (acap disebut 9P163M-1), khusus disiapkan KBP agar Kornet bisa dibopong oleh ranpur BMP-3. Pada hakekatnya, BM9P162 merupakan hasil pengembangan Kliver.

Kornet E
   Untuk memenuhi permintaan pasar di manca negara, pihak KBP telah menyiapkan Kornet E. Muncul tak lama setelah kehadiran induknya, Kornet E diklaim KBP tetap lebih unggul ketimbang versi ekspor Konkurs dan Metis. Hingga kini sedikitnya 10 negara di luar Rusia telah jadi operatornya. Jika dibandingkan versi induknya, Kornet E memiliki sejumlah perbedaan. Yang paling kentara adalah tipe alat bidik termalnya. Bukan 1PN79-1, tapi 1PN79-M seperti yang dipaki Metis E. Selain itu jangkauan jelajahnya pun sedikit berkurang, yakni 5.000 meter. Sementara kemampuan penetrasi lapisan baja RHA (dengan kondisi sama) melorot jadi 1.000 milimeter. Lebih parah lagi, rentang temperaturnya hanya berkisar minus 50 derajat hingga 50 derajat celsius. Dan Kornet E ini hanya bisa beraksi pada ketinggian maksimum 3.000 meter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar