Dengan memadukan kelincahan gerak, kecepatan tembak, dan daya gempur yang mematikan serta kemampuan amfibi, NORINCO sukses menciptakan PGZ-95. Ide awalnya berasal dari sista arhanud hibrid Tunguska buatan Rusia. Meski begitu tak urung sista ini awalnya dituding sebagai jiplakan dari SIDAM-25 lansiran Oto Melara - Italia.
Sista arhanud swa gerak alias Self Propelled ANti Aircraft Artilerry (SPAAA) jenis PGZ-95 dirancang sebagai tameng udara jarak dekat bagi pasukan infanteri berlapis baja setingkat resimen/ brigade atau bahkan satuan lapis baja. Generasi pertamanya, sista arhanud adalah tipe 90-1 dilansir oleh China North Industries Corporation (NORINCO), Republik Rakyat China pada pertengahan tahun 1996. Usai dipermak habis-habisan, akhirnya lahir generasi kedua yakni tipe 90-2 yang mulai berdinas di jajaran resimen arhanud Angkatan Bersenjata RRC (PLA) pada akhir tahun 1997.
Awalnya PLA berniat memiliki sista arhanud sekelas 2K22 Tunguska yang memadukan canon 2A38 kaliber 30 mm dan rudal SAM 9M311 (SA-19 Grison). Namun dengan kasis lebih kecil agar dapat menuver lebih lincah di medan yang berat. Repotnya pihak Rusia ternyata tak mau memindahkan modul tempur yang ada di Tunguska kepada wahana gerak berantai lain yang lebih kecil atau bahkan beroda ban. KBP Tula sebagai perancang tetap ngotot, Tunguska tak boleh diutak atik barang secuilpun. Pihak RRC lantas putar otak guna mewujudkan impiannya. Tak dapat Tunguska tulen, yah Tunguska jadi-jadian pun bolehlah. Pihak linbang PLA segera menyusun daftar sista arhanud swa gerak lain yang bisa jadi pengganti Tunguska. Akhirnya pilihan jatuh pada sista arhanud swa gerak SIDAM-25 lansiran Oto Melara - Italia. Modul tempur sista SIDAM-25 sebenarnya terdiri dari empat canon KBA kaliber 25 mm (buatan Oerlikon Contraves) dengan kasis ranpur beroda rantai kondang M113 buatan Amerika Serikat (AS). RRC dipercaya berhasil medapatkan dua unit kubah SIDAM-25 lewat jalur pasar senjata gelap. Setelah mengutak-atik sejumlah komponen di dalam kubah SIDAM-25, maka akhirnya di tahun 1984 NORINCO yang dipercaya merancang :"Tunguska" made in China iniberhasil melansir sista arhanud laras ganda "tipe-87" yang laras canonnya juga berkaliber 25 mm. Tak pelak banyak kalangan analis senjata internasional menuding PGZ-95 sebenarnya tak lebih dari jiplakan SIDAM-25. Maklum, sekilas bentuk fisiknya memang layaknya pinang dibelah dua.
PGZ-95 dirancak agar dapat dioperasikan oleh ketiga awaknya baik siang maupun malam dalam segala kondisi cuaca. Sasaran yang dapat digasak mulai dari wahana udara tak berawak semacam Unmanned Aerial Vehicle (UAV), helikopter bersenjata, bahkan pesawat tempur bersayap tetap yang terbang rendah dan rudal jelajah. Sista ini mulai muncul di depan publik dalam parade di lapangan Tienanmen (1/10/99). Versi ekspornya "tipe 96", telah dilansir pada penghujung tahun 2003 silam. Setiap baterai PGZ-95 terdiri enam hingga delapan unit PGZ-95 didampingi satu unit kendaraan pos komando (posko) berawak lima dengan kasis sama. Baterai ini didampingi sedikitnya tiga unit kendaraan pengangkut amunisi, satu unit kendaraan pengintai jarak jauh dan satu kendaraan untuk pengangkut mesin catu daya dengan kasis truck beroda enam.
Senjata
Inti sistem operasi PGZ-95 sebagai berikut. Canon dipakai melibas sasaran berkecepatan rendah dan menengah di lokasi sejauh 3.000 meter dan ketinggian 2.000 meter, sementara rudal darat ke udara (Surface to Air Missile (SAM)) untuk menghantam sasaran berkecepatan tinggi yang berada lebih jauh dan lebih tinggi. Sebelum diaplikasikan pada PGZ-95, canon tipe 87 kaliber 25 mm telah lama berdinas di jajaran hanud PLA guna menggantikan canon laras ganda tipe 58 kaliber 14,5 mm warisan era perang dingin. Setelah lulus uji coba ti tahun 1984, senjata ini akhirnya resmi bergabung dengan PLA tiga tahun kemudian. Masing-masing larasnya sanggup menghamburkan 600-700 peluru jenis WB041P (berhulu ledak high explosive dengan tracer) per menit.
Kecepatan lejit proyektil WB041P 1.050 m/s. Jumlah amunisi ini 1.000 butir yang disimpan dalam magazen khusus terbuat dari baja dan dapat diisi ulang dengan mekanisme otomatis dalam tempo tak sampai lima menit. Kabarnya proyektil WB041P dapat menembus lapisan baja kendaraan tempur atau kapal perang setebal 12 mm. Sudut dongkrak maksimum larasnya 85 derajat. Sebagai rudal darat ke udaranya dipilih salah satu varian dari rudal panggul jarak dekat (ManPADS) QW-2 dengan pencari sasaran yang dipandu sinar infra merah. SEjatinya QW-2 sendiri merupakan jiplakan rudal SAM panggul Igla-1 alias SA-16 Gimlet buatan Rusia. Rudal yang panjangnya 1,423 meter, berdiameter 0,072 meter dan berbobot 11,32 kg ini ditempatkan dalam empat tabung peluncur sepanjang 1,590 meter dan berbobot 18 kg. NORINCO mengklaim rudal ini mampu menjangkau sasaran yang tengah bergerak sejauh 500-6000 meter dan tinggi 10-3.500 meter. Juru senjata PGZ-95 dilatih dengan simulator penembakan seperti pilot pesawat tempur.
Radar
Guna menjamin akurasi penembakan diadopsi alat bidik dan penjejak elektro-optik berpanduan sinar infra merah tipe 86 yang dapat beroperasi siang dan malam hari. Perangkat yang terpasang di bagian depan kubah ini dilengkapi kamera penjejak tv otomatis berjangkauan 6.000 meter, kamera penjejak infra merah berjangkauan 5.000 meter dengan derakat akurasi lima meter. Setelah menilai kondisi calon sasaran lewat data yang disajikan ketiga alat ini, juru senjata tinggal mengarahkan laras senjata dengan bantuan tongkat kendali (joy stick).
Selain seabrek alat penjejak, PGZ-95 juga dimodali radar pencari sasaran CLC-1 yang dipasang pada bagian belakang atap kubah senjata. Radar ini beroperasi pada pita frekuensi S dengan jangkauan deteksi 11 km. Menurut pembuatnya tempo reaksi CLC-1 dalam kondisi seacrh mode 10 detik. Dengan alasan mengurangi ketinggian fisik totalnya, piringan antena radar dapat direbahkan ke depan. Khusus kendaraan posko, dilengkapi radar pengamat CLC-2 PD yang juga beroperasi pada pita frekuensi S dengan jangkauan deteksi sejauh 45 km dan setinggi 4,5 km. Data perolehan radar ini diolah dalam waktu lima detik untuk selanjutnya diteruskan kepada tiap unit PGZ-95 dalam baterai.
Kendaraan Angkut
Kasis PGZ-95 dan kendaraan posko-nya ialah jiplakan ranpur beroda rantai amfibi BMD-3 asal Rusia yang dibeli RRC dalam jumlah besar pada awal dasawarsa 1990an. Sepintas tampilan fisik keduanya memang nyaris serupa. Panjangnya 6,71 meter untuk PGZ-95 dan ranpur posko 6,8 meter. Sementara lebar keduanya 3,2 meter. Belum lagi bobot tempur, kecepatan, dan jangkauan jelajahnya pun bak pinang dibelah dua, yakni 22,5 ton, 70 km/jam dan 600 kilo meter. Kecepatan jelajah di jalan raya sekitar 70 km/jam sementara kecepatan dalam berenang dapat digenjot hingga 10 km/jam. Bedanya buritan ranpur PGZ-95 yang difungsikan untuk posko sedikit lebih besar guna wadah perangkat komunikasi elektronik dan ruang komando baterai. Diatasnya terdapat kubah yang dapat berputar 360 derajat dan dipersenjatai senapan mesin kaliber 12,7 mm.
Senjata
Inti sistem operasi PGZ-95 sebagai berikut. Canon dipakai melibas sasaran berkecepatan rendah dan menengah di lokasi sejauh 3.000 meter dan ketinggian 2.000 meter, sementara rudal darat ke udara (Surface to Air Missile (SAM)) untuk menghantam sasaran berkecepatan tinggi yang berada lebih jauh dan lebih tinggi. Sebelum diaplikasikan pada PGZ-95, canon tipe 87 kaliber 25 mm telah lama berdinas di jajaran hanud PLA guna menggantikan canon laras ganda tipe 58 kaliber 14,5 mm warisan era perang dingin. Setelah lulus uji coba ti tahun 1984, senjata ini akhirnya resmi bergabung dengan PLA tiga tahun kemudian. Masing-masing larasnya sanggup menghamburkan 600-700 peluru jenis WB041P (berhulu ledak high explosive dengan tracer) per menit.
Kecepatan lejit proyektil WB041P 1.050 m/s. Jumlah amunisi ini 1.000 butir yang disimpan dalam magazen khusus terbuat dari baja dan dapat diisi ulang dengan mekanisme otomatis dalam tempo tak sampai lima menit. Kabarnya proyektil WB041P dapat menembus lapisan baja kendaraan tempur atau kapal perang setebal 12 mm. Sudut dongkrak maksimum larasnya 85 derajat. Sebagai rudal darat ke udaranya dipilih salah satu varian dari rudal panggul jarak dekat (ManPADS) QW-2 dengan pencari sasaran yang dipandu sinar infra merah. SEjatinya QW-2 sendiri merupakan jiplakan rudal SAM panggul Igla-1 alias SA-16 Gimlet buatan Rusia. Rudal yang panjangnya 1,423 meter, berdiameter 0,072 meter dan berbobot 11,32 kg ini ditempatkan dalam empat tabung peluncur sepanjang 1,590 meter dan berbobot 18 kg. NORINCO mengklaim rudal ini mampu menjangkau sasaran yang tengah bergerak sejauh 500-6000 meter dan tinggi 10-3.500 meter. Juru senjata PGZ-95 dilatih dengan simulator penembakan seperti pilot pesawat tempur.
Radar
Guna menjamin akurasi penembakan diadopsi alat bidik dan penjejak elektro-optik berpanduan sinar infra merah tipe 86 yang dapat beroperasi siang dan malam hari. Perangkat yang terpasang di bagian depan kubah ini dilengkapi kamera penjejak tv otomatis berjangkauan 6.000 meter, kamera penjejak infra merah berjangkauan 5.000 meter dengan derakat akurasi lima meter. Setelah menilai kondisi calon sasaran lewat data yang disajikan ketiga alat ini, juru senjata tinggal mengarahkan laras senjata dengan bantuan tongkat kendali (joy stick).
Selain seabrek alat penjejak, PGZ-95 juga dimodali radar pencari sasaran CLC-1 yang dipasang pada bagian belakang atap kubah senjata. Radar ini beroperasi pada pita frekuensi S dengan jangkauan deteksi 11 km. Menurut pembuatnya tempo reaksi CLC-1 dalam kondisi seacrh mode 10 detik. Dengan alasan mengurangi ketinggian fisik totalnya, piringan antena radar dapat direbahkan ke depan. Khusus kendaraan posko, dilengkapi radar pengamat CLC-2 PD yang juga beroperasi pada pita frekuensi S dengan jangkauan deteksi sejauh 45 km dan setinggi 4,5 km. Data perolehan radar ini diolah dalam waktu lima detik untuk selanjutnya diteruskan kepada tiap unit PGZ-95 dalam baterai.
Kendaraan Angkut
Kasis PGZ-95 dan kendaraan posko-nya ialah jiplakan ranpur beroda rantai amfibi BMD-3 asal Rusia yang dibeli RRC dalam jumlah besar pada awal dasawarsa 1990an. Sepintas tampilan fisik keduanya memang nyaris serupa. Panjangnya 6,71 meter untuk PGZ-95 dan ranpur posko 6,8 meter. Sementara lebar keduanya 3,2 meter. Belum lagi bobot tempur, kecepatan, dan jangkauan jelajahnya pun bak pinang dibelah dua, yakni 22,5 ton, 70 km/jam dan 600 kilo meter. Kecepatan jelajah di jalan raya sekitar 70 km/jam sementara kecepatan dalam berenang dapat digenjot hingga 10 km/jam. Bedanya buritan ranpur PGZ-95 yang difungsikan untuk posko sedikit lebih besar guna wadah perangkat komunikasi elektronik dan ruang komando baterai. Diatasnya terdapat kubah yang dapat berputar 360 derajat dan dipersenjatai senapan mesin kaliber 12,7 mm.
Sekilas tulisan anda bagus & rinci. Namun sayangnya,adalah hasil jiplakan dari rubrik bedah senjata salah satu nomor Majalah ANGKASA edisi reguler atau rubrik Tech-Mil Majalah DEFENDER.Anda boleh saja mengklaim tulisan yg tercantum dalam blog ini sepenuhnya buah pikir sanda. Namun anda akan sulit membohongi saya selaku penulis asli artikel tentang PGZ95 yg punya nama julukan Feimeng (nama ini ada di rubrik bedah senjata ANGKASA).
BalasHapusSaran saya, belajarlah membuat artikel sendiri tanpa harus mencontek hasil karya orang lain. Akan lebih terhormat & membanggakan.
Terimakasih.
Jika melihat tipe rantis yg jadi latar belakang foto diri anda (P2 Cougar atau rantis rakitan karya BOD's Collection)plus logo di kaus loreng anda & pemilihan tipe senjata tembak runduk di tampilan bog ini, kemungkinan besar anda adalah personel Denjaka. Atau minimal Korps Marinir Kesatrian Cilandak.Anda bisa mencoba menyalurkan hasrat tulis menulis anda di Majalah Triwulan MARINIR yg dikelola DispenMar.
BalasHapusSaya yakin anda adalah pembaca setia majalah tersebut mengingat 3 gambar alutsista yg ada pada wajah blog ini pun adalah sudah pernah menjadi topik yg diulas dalam rubrik teknologi militer majalah MARINIR (saya ingat karena saya yg menulisnya ...).
Oleh sebab itu, saya sungguh berharap anda bisa menyalurkan bakat (atau hasrat ??) terpendam anda dalam dunia jurnalisme dengan cara yg elegan & membanggakan. Minimal anda bisa meniru jejak Sertu Mar Syafrudin SH yg beberapa kali menyabet gelar juara dalam lomba tulis Mabes TNI.